Kamis, Januari 09, 2020

Perjalanan Minim Sampah

Minim sampah dalam perjalanan merupakan sebuah tantangan, namun hal tersebut sangat mungkin dilakukan. Memang tidak semua akan ideal seperti yang diharapkan, tetapi dengan persiapan yang baik dan kesadaran setiap pelakunya, sampah yang dihasilkan selama perjalanan dapat dikurangi.
Apa saja yang bisa dilakukan untuk mengurangi sampah dalam perjalanan?
Berikut ini adalah beberapa usaha yang bisa dilakukan:
  1. Membawa peralatan makan dan minum. Setiap anggota keluarga harus menyiapkan peralatannya sendiri, disesuaikan dg kebutuhannya. Wadah bekal, botol minum, sendok, garpu, sendok kecil, sedotan pakai ulang, gelas kopi/teh, sumpit. Selain itu siapkan juga beberapa wadah cadangan untuk keperluan bersama.
  2. Membawa saputangan, lap dan handuk kecil. Peralatan ini sangat membantu mengurangi sampah tisu, baik tisu kering maupun tisu basah. Saputangan berguna untuk kebersihan pribadi. Lap digunakan untuk mengeringkan peralatan makan dan minum. Sedangkan handuk mempunyai fungsi yang beragam. Sebagai pengganti tisu basah, gunakan handuk kecil yang dibasahi dan simpan dalam kantong atau wadah.
  3. Isi penuh botol minum. Mengisi penuh semua botol minum sangat membantu mengurangi sampah botol air minum dalam kemasan. 
  4. Mengisi ulang air minum. Usahakan untuk mengisi ulang air minum. Hal ini bisa dilakukan selama perjalanan dengan mencari tempat penjual makanan konvensional, jika tidak tersedia stasiun pengisian ulang.
Bagaimana jika keadaan tidak seperti yang diharapkan?
  1. Bersikap fleksibel dg tetap bertanggungjawab. Bagaimana jika tidak mendapatkan tempat untuk mengisi ulang air minum? Yang kami lakukan adalah membeli amdk dalam ukuran terbesar yg ada dan membawa bekasnya.
  2. Apa yang harus dilakukan ketika semua wadah yang dibawa dalam keadaan kotor karena belum sempat dicuci selama perjalanan yang panjang? Tetaplah tenang. Jika terpaksa harus membeli makanan atau minuman untuk dibawa, maka bekasnya dikumpulkan dan disimpan untuk dibersihkan. Kemudian digunakan kembali untuk keperluan selama perjalanan. Jika tidak bisa dipakai ulang, maka buanglah di tempat sampah sesuai kategorinya.
Beberapa hal di atas adalah usaha yang kami lakukan. Masih jauh dari sempurna, tetapi kami berusaha memulai dan konsisten melakukannya. Karena sampah kita adalah tanggungjawab kita.

Sabtu, September 21, 2019

Aktivitas Seru Bersama Anak

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Salam kenal teman-teman semua.

Apa yang akan saya sampaikan di sini merupakan pengalaman keluarga kami dalam menjalankan kegiatan bersama. Tahapan yang diuraikan pun merupakan hasil dari pengalaman kami.
Dan kami sangat meyakini bahwa setiap anak itu unik, begitu pula dengan orangtuanya; ayah bundanya pun unik, sehingga setiap keluarga akan menjadi unik pula.
Berdasarkan hal ini, keseruan sebuah aktivitas akan menjadi kekhasan dari setiap keluarga.

Apa yang dimaksud dengan aktivitas seru?
Seru menurut siapa?
Sebelum membahas lebih jauh mengenai topik ini, kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa yang sebenarnya ingin kita rencanakan.
Apakah kita ingin merancang aktivitas yang menurut kita seru, kemudian mengajak anak untuk bersama-sama melakukannya?
Atau kita ingin menggali apa yang ingin anak lakukan? Apa yang disukai anak untuk dilakukan? Dan kita sebagai orangtua ikut beraktivitas bersama mereka.

Pertanyaan terakhir merupakan dasar dari perencanaan aktivitas dalam keluarga kami. Setiap aktivitas yang kami lakukan merupakan aktivitas yang diinginkan dan disukai anak. Orangtua akan memfasilitasi (menterjemahkan keinginan anak) dan membersamai anak dalam pelaksanaannya.

Beberapa hal yang kami terapkan dalam melakukan perencanaan aktivitas bersama anak adalah:
1. Bertanya pada anak
Jika anak sudah bisa kita ajak untuk berkomunikasi, maka tanyakanlah pada mereka.
Jika belum, maka kita bisa melakukan pengamatan hal-hal apa saja yang menarik minat anak.

2. Masuklah ke dunia anak
Membersamai anak dan beraktivitas bersama mereka berarti kita harus belajar memahami pikiran dan perasaan mereka. Ada hal-hal yang menurut kita tidak menarik dan tidak penting/berguna, padahal hal tersebut sangat disukai anak dan penting bagi mereka.

3. Mulai dari kesukaan dan/atau minat anak
Anak tidak pernah kehabisan ide untuk berkegiatan. Sehingga sebagai orangtua sesungguhnya tidak akan ada istilah mati gaya dalam merancang aktivitas anak. Mulailah dari hal-hal sederhana yang disukai anak.

4. Hargai pendapat dan pilihan anak
Apa pun jenis kegiatan yang dipilih anak harus kita hargai dan terima. Dengan demikian anak belajar untuk membuat pilihan dan keputusannya sendiri.

5. Fasilitasi dan bersamai
Tugas orangtua adalah memfasilitasi, bisa dengan membantu menterjemahkan keinginan anak menjadi sebuah bentuk aktivitas atau menyediakan sarana pendukungnya. Kemudian bersamai anak dalam melaksanakan aktivitas tersebut.

Demikian sedikit pengantar yang bisa saya sampaikan.
Kita lanjutkan dengan berdiskusi 😊

Terimakasih

(Disampaikan dalam kulwhap RB3 IP Sumut, Kamis 19 September 2019)

Senin, September 16, 2019

Membersamai Anak Tumbuh dan Berkembang


LET THEM BRIGHT WITH THEIR OWN LIGHTS

 “Apa yang sebenarnya Aa rasakan, apa yang sebenarnya Aa tidak suka? Apakah tidak suka belajar atau tidak suka sekolah?”
“Aa mau dan suka belajar, tapi di sekolah Aa tidak belajar apa yang Aa butuhkan.”

Bergerak dari hal tersebut, aku menetapkan untuk selalu berusaha fokus dengan apa yang menjadi kebutuhan anak-anak menurut mereka agar mereka dapat berkembang sesuai dengan harapan dirinya, menemukan dirinya dan menjadikan dirinya bermanfaat melalui peran yang dipilihnya.

Semua Ada Waktunya
Anakku memperhatikanku dengan seksama. Kemudian dia berkata,”Nina juga nanti mau nulis jurnal seperti Mamah dan Kakak.”
Aku langsung menjawab spontan, “Hayuk atuh dek, kita mulai.”
Tanpa kuduga dia menjawab,”Nanti Mah, bukan sekarang. Nina tuh masih setengah hati, menulisnya  pun setengah mati.”
Tertegun aku mendengar jawabannya.

Aku kembali mengingat kejadian empat tahun lalu, saat Nina ditantang papahnya untuk belajar membaca dengan janji dia boleh meminta apa yang diinginkannya sebagai hadiah. Hampir setahun berselang, belum ada tanda-tanda putri kecilku ini mulai bisa membaca. Hanya minatnya akan buku yang tetap tinggi, yang menjadikan kami, aku dan kakak-kakaknya, mempunyai tugas membacakan buku secara bergantian setiap hari. Sesekali aku suka mencoleknya dan mengingatkan akan tantangan dari sang ayah. Dengan santai, Nina menjawab,”Adek sedang belajar berhitung Mah, belum belajar baca.”
“Jadi kapan belajar bacanya?” tanyaku
“Nanti kalau sudah belajar berhitung”, balasnya

Memasuki bulan Syawal di tahun tersebut, aku perhatikan Nina selalu asyik dengan komik yang sama. Kemana-mana selalu dibawa, sampai lecek. Tampak serius di satu bagian, terharu di bagian yang lain dan tertawa di bagian yang berbeda lagi. Penasaran aku pun bertanya,”Dek, emang ngerti? Bisa bacanya?”
“Bisa”, jawabnya mantap
“Mau dong Mamah dibacain”, pintaku

Dibacakannya dengan keras komik tersebut dari awal sampai akhir dan lancar. Tercatat 1 jam 20 menit dia membacakannya untukku.
“Sejak kapan bisa baca?” tanyaku penasaran
“Ga tau, Nina lupa”, jawabnya enteng

Belajar dari putri kami, anak mempunyai waktunya sendiri untuk mempelajari sesuatu hal dan mereka paham akan kesiapan dirinya. Ketika anak siap, belajar menjadi lebih mudah. Sayangnya, aku seringkali masih saja gatal untuk mempercepat prosesnya.

Menikmati Proses
Jalan-jalan, jajan dan belanja adalah tiga hal yang disukai Amira. Jalan-jalannya sederhana, yang penting keluar dari rumah. Jalan kaki ke bukit atas atau sekedar berkeliling dengan motor bersama Papah. Apalagi kalau ditambah jajan, wisata kuliner, dan belanja, senyumnya akan semakin mengembang.
Saat jajan, jenis makanan yang diminati pun seperti ada musimnya. Ada musim ayam geprek atau musim ramen. Sebelumnya pernah ada musim pancake, donat,  dan pizza.

Ketika musim pancake tiba, maka hampir setiap hari tepung dan telor menghilang dari stok dapur. Selama belum mendapatkan hasil pancake yang pas menurutnya, maka kami sekeluarga masih akan mendapatkan suguhan pancake, meskipun menurut kami sudah enak.

Di lain waktu datanglah musim donat. Tiap hari oprak oprek resep donat. Setelah menemukan resep yang gue banget dan dirinya puas, tiba waktunya musim berganti.  

Jika ditanya mengapa tidak membuat lagi berbagai makanan yang pernah dicobanya, maka selalu dijawab singkat dengan “lagi ga mau”, dan ditunjukkan dengan kesibukan baru oprak-oprek resep makanan yang berbeda lagi. Pernah kukira dia sedang mencoba resep kukis coklat, eeh ternyata membuat kukis wortel dicampur pellet untuk kelinci…

Eksperimen ini bukan hanya berlaku untuk makanan. Pernah ada slime, yang berlangsung hampir dua tahun sampai menemukan “Original Slime Recipe”. Kali lain membuat template blog yang menghasilkan tampilan blog yang selalu berubah setiap harinya. Itu semua dilakukannya karena suka, mencoba sampai mendapatkan hasil yang diharapkannya.

Menemukan Pola Belajarnya Sendiri
“Nina mau belajar masak” jelas Nina saat menunjukkan rencana belajarnya dua tahun lalu.
Segera aku mencoba menyiapkan program belajar memasak untuknya menurut bayanganku.
Ketika melihatnya selalu asyik dengan buku-buku, aku mengajaknya untuk memasak bersama.
“Mah, sekarang Nina sedang belajar tentang bahan masakan”, jawabnya sambil menunjukkan halaman tentang berbagai macam rempah dan bumbu lainnya di buku yang dibacanya.
Selama setahun pertama, Nina tetap asyik membaca, dari mulai kamus bergambar sampai berbagai buku resep yang dipinjam dari Eninnya. Selain itu dia senang bertanya segala sesuatu yang ada di dapur, menu makan yang sedang kusiapkan, atau mencoba nguleg bumbu dan sekedar memegang sutil serta mengaduk masakan. Tahun kedua, Nina sibuk bertanya tentang kemampuan Mamanya memasak, mengapa masakannya selalu berputar menunya, menu harian keluarga dan pesanan ke Mang Sayur. Lebih tepatnya di tahun tersebut, Nina lebih banyak memotivasi Mama untuk mencoba resep-resep baru hasil bacanya. Dia ikut membantu memasukkan atau mencampur bahan-bahan. Di samping itu dia rajin memberi saran menu harian keluarga dan banyak mencoba makanan-makanan baru yang sebelumnya tidak mau dicobanya. Nina menjadi andalan untuk mencicipi masakanku. Di tahun kedua ini, Nina sudah bisa memasak nasi untuk keluarga dan menggoreng telur untuk sarapannya sendiri.
Memasuki tahun ketiga, Nina mulai praktek memasak. Kalau dia sedang ingin mencoba memasak, maka aku dilarangnya untuk ke dapur. Dia mulai berani mengolah bahan makanan yang tersedia, menunya mulai dari nasi goreng, sop sayuran, sop ikan nila, berbagai variasi orak arik telur, termasuk juga mengolah ayam. Termasuk menyiapkan bekal untuk kegiatan pramuka di hari Rabu, berupa variasi pasta atau omelet, karena bosan dengan bekal yang selalu disediakan Mama-nya yang ga mau susah, nasi dan ayam goreng plus rebus sayuran. Program memasak ini masih berlangsung sampai sekarang.

Satu ketika Nina menemaniku berkebun di halaman depan, dia menyampaikan,”Nina juga mau punya kebun sendiri, nanam-nanam bunga. Boleh Ma?”
“Boleh, Nina mau nanam di sebelah mana?” jawabku bersemangat
“Bukan sekarang Ma. Sekarang Nina sedang belajar tentang tanamannya dulu.” Jawabnya

Belajar dari pengalaman program memasak Nina, aku langsung menahan diri dan menyadari anakku tahu tahapan apa yang ingin dilakukannya.

Be Patient. They’ll tell you
“Kak, gimana ceritanya berangkat sendiri teh?” dengan antusias aku bersiap mendengar cerita perjalanan Amira.
“Biasa aja” jawabnya datar
“Gimana perasaannya? Waktu naik kereta, terus naik KRL…kan Kakak belum pernah”, lanjutku lagi masih dengan penasaran
“Ya ga gimana gimana. Kakak naik kereta, cari tempat duduk terus duduk. Pas harus turun ya turun. Ikut petunjuk yang dikasih aja” jawabnya tetap datar
Aku pun menyerah dan melanjutkan aktivitas
Ketika kami sedang duduk santai, tiba-tiba Amira memulai percakapan,”Mah, tau ga….” Dan meluncurlah berbagai kisah perjalanan dan eksplorasi yang baru dijalaninya.

“Mah, tadi teman Aa curhat…”
“Mah, tadi asyik lho! Nina sama teman-teman main…”
“Mamah lihat ga tadi Kakak latihan…”

Itu adalah beberapa kata kunci awalan ketika anak-anak siap berbagi ceritanya denganku
Anak-anak selalu senang bercerita selama aku tidak terburu ingin mengetahuinya. Bersabar, mau menunggu dan kemudian mendengarkan.
  
Menetapkan Pilihan dan Berkomitmen Menjalankannya
Menekuni dunia menggambar dan menjalankan project membuat boardgame  selama empat tahun terakhir serta melatih Pramuka di dua sekolah dua tahun terakhir merupakan kegiatan si sulung. Di samping itu dia pun magang di sebuah tempat bermain boardgame dalam setahun terakhir. Hal ini membuat sulungku mengambil keputusan yang berbeda dari yang kami bayangkan.

Mah, Aa ga akan ambil Paket C ya, ga kuliah juga. Aa mau ngelanjutin project, magang dan ngajar”, tiba-tiba si sulung menyampaikan keputusannya.
“Yakin?” tanyaku bingung
“Yakin”, jawabnya mantap

Mengobrol dengannya menanyakan berbagai hal tentang keputusannya ini, aku merasakan bahwa anakku benar-benar yakin dengan pilihannya. Sebagaimana dulu dia mengemukakan alasan untuk mencari alternative belajar selain di sekolah, maka kali ini aku bisa melihat kesungguhannya. Sehingga bagianku adalah mendukungnya dan menjadi teman ngobrol yang bersedia mendengarkannya.

Do kNow Think
Pernah ada fase dimana aku tidak ingin melakukan apa-apa. DO NO THING! Mungkin lelah… :D
Namun ternyata aku tidak pernah benar-benar tidak melakukan apa-apa. Terlalu banyak hal yang sayang untuk dilewatkan, apalagi saat bersama anak-anak. Mereka terlalu dinamis dan selalu mendorongku tetap bergerak.
Maka kemudian aku mencoba mengurai kembali semua yang kulakukan (DO) dan mengenali manfaat serta pengaruhnya terhadap diri sendiri, anak-anak dan keluarga (kNOw) serta memikirkan tindak lanjut untuk memperbaiki, mengubah atau membesarkan laku yang telah dijalani (THINk).

Dan aku menemukan siklus penyemangatku untuk terus membersamai anak-anak menemukan peran kehidupannya, cemerlang dengan sinarnya sendiri. 


Bandung, 8 September 2019
Dita Wulandari
@Rumah3Bintang

(Disampaikan dalam Tacit Padhang Mbulan WAG Perak Diaspora, Ahad 15 September 2019)


Jumat, Agustus 30, 2019

Memandu Bakat Anak dengan Pandu 45

Menerapkan Pandu 45 sebagai panduan observasi bakat anak
(Ditulis berdasarkan penjelasan dari Ibu Septi Peni Wulandani, Sabtu 17 Agustus 2019)

Pandu 45 bukan alat untuk melabeli anak. Label positif jg bisa menjerumuskan yaitu ketika anak berhasil berprestasi di satu bidang, orangtua fokus di bidang tsb dan tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk mencicipi kegiatan yang lain.

Pandu 45 bisa digunakan untuk anak dg usia ideal di bawah 16 th. Namun jika anak, bahkan orang dewasa blm mengalami, maka Pandu 45 ini bisa digunakan dg mengulangi lagi semua tahapannya.

Memulai Pandu 45 dalam proses memandu bakat anak pertama kali adalah dengan mendefinisikan makna KAYA.
Kita wajib KAYA, karena hanya orang kaya yang bisa memilih.

Seseorang dapat memilih ketika dia memiliki wawasan yang luas dan beragam, yang disebut KAYA WAWASAN.

Tahapan kaya wawasan dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti silaturahim, tour d'talents, role play, membaca atau menonton.

Setelah definisi KAYA dipahami, maka berikutnya kita harus memahami BAHASA BAKAT, yg dikelompokkan menjadi 4:
Thinking
Striving
Networking
Influencing

Metode memahami bahasa bakat ini bisa dilakukan melalui permainan, kisah dan pengulangan/pembiasaan.

Memahami bahasa bakat akan mempermudah kita mengamati saat anak beraktivitas dan memandu mereka mengenali dirinya.

Langkah selanjutnya adalah memperbanyak aktivitas anak. Melalui beragam aktivitas, anak diajak untuk mengenali apa yang disukainya dan yang tidak disukainya, serta memahami potensi  kekuatannya melalui hal-hal yang bisa atau tidak bisa dilakukannya.

Proses pengenalan ini kemudian dirangkum dalam kuadran aktivitas
SUKA   TIDAK SUKA
BISA     TIDAK BISA

Apabila kuadran 1 terisi tidak terlampau beragam aktivitasnya (anak dapat menentukan aktivitas-aktivitas SUKA & BISA dr berbagai aktivitas yg pernah dilakukannya), maka anak telah dapat mengenali dirinya.

Tahapan ini merupakan tahapan KAYA KEGIATAN.

Proses yang dilakukan oleh anak dalam mencapai tahapan kaya kegiatan akan pula menumbuhkan dan mengembangkan attitude atau karakter-karakter baik dalam dirinya.

Ketika attitude ini telah ada pada diri anak , anak siap untuk menambah ketrampilan (Skill) dan pengetahuannya (Knowledge) dengan berguru pada ahlinya.

Setelah lengkap Attitude, Skill dan Knowledge ada dalam diri anak, maka anak telah siap melesat menemukan Kekuatannya dan mencapai aktivitas 4E (Enjoy, Easy, Excellent, Earn), yaitu aktivitas Menarik yang dilakukannya dg Asyik dan membuatnya Produktif.

Senin, Agustus 05, 2019

Eksplorasi Kebun Depan#3


Ada yang berbeda dengan Eksplorasi Kebun Depan kali ini.

Para petualang cilik telah berembug sendiri di pertemuan sebelumnya tanpa sepengetahuan para bunda. Mereka merencanakan berenang bersama. Ide ini dilontarkan oleh Naura yang disambut oleh teman-temannya. Mereka bahkan bersepakat mengadakan rapat online di wag para bunda untuk membahas rencana ini.

Saat aku menyampaikan pada Nina rencana kegiatan untuk petualangan ketiga, Nina berkomentar, “Gimana kalau kita belajar di kolam renang?”
“Belajar apa?” balasku
“Belajar tentang tumbuhan”
“Memangnya ada ya tumbuhan di kolam renang?” tanyaku lagi
“Ya itu yang harus kita cari!” desaknya

Karena ini adalah eksplorasinya anak-anak, maka kegiatannya pun sesuai dengan keinginan anak-anak.
Maka jadilah para petualang cilik ini melanjutkan petualangannya ke kolam renang. Semua terlihat menikmati kegiatan ini, didukung pula dengan situasi kolam renang yang sepi, belum ada pengunjung lain. Para petualang cilik pun puas mencoba perosotan berulang kali. Sesekali terlihat mereka berlatih berenang, selebihnya banyak bermain.

Selesai berenang, mereka menikmati bekal bersama sambil berjemur. Entah apa lagi yang sedang mereka rencanakan. Kami para bunda hanya bisa menunggu, bersiap dengan ide-ide yang muncul dari mereka.

Ketika pulang, aku pun bertanya,”Tanaman apa yang ada di kolam renang?”
“Kolam renangnya udah bersih, jadi ga nemu apa-apa”
“Apa yang bisa ditemukan di kolam renang yang tidak bersih?”
“Biasanya kan suka ada lumut-lumut di dindingnya”
“Jadi, petualangan kali ini apa yang didapatkan?”
“Senaaang…bisa berenang bareng teman-teman!”

Senin, Juli 22, 2019

Eksplorasi Kebun Depan #2

Mencoba hal baru? Mengapa tidak?

Para petualang cilik kali ini memasak bersama. Memasak bersama teman-teman saja pastinya mengasyikkan, apalagi sambil mencoba menu baru!

Coba tebak apa menu baru yang dicoba oleh para petualang cilik? Mereka memasak daun kelor!

Ide memasak ini dilontarkan oleh Nina. Saat akumenyampaikan rencana kegiatan eksplorasi yang kedua, Nina merasa berkeberatan. Menurutnya usulanku sama saja dengan eksplorasi pertama. Kemudian muncullah ide memasak ini. Selain karena Nina memang suka memasak, dia pun ingin mengajak teman-temannya mencoba daun kelor.

Tahu pohon kelor kan? Nama kerennya adalah Moringa, lengkapnya Moringa Oleifera. Di kebun depan ada sebuah pohon kelor yang sudah menjulang tinggi. Sampai-sampai batangnya harus ditebang dulu supaya bisa memanen daun-daunnya. Tapi jangan khawatir, tunas-tunas baru akan bermunculan menggantikan yang lama.

Pertama yang mereka lakukan adalah melepaskan daun-daun kelor yang telah dipanen dari batang-batang kecilnya. Beberapa daun terlihat kuning dan beberapa lainnya terlihat kering sebagian karena terkena hama. Ada yang berkomentar wangi, ada pula yang tidak suka aromanya. Hal ini membuat mereka penasaran bagaimana rasanya

Tibalah waktunya untuk memasak. Tanpa ada yang mengomando, para petualang cilik langsung mengambil peran masing-masing. Ada yang mengiris bawang putih, ada yang mengocok telur, ada pula yang menyiapkan wajan dan alat masak lainnya. Mereka juga mengatur sendiri gilirannya untuk mencampur, karena semua ingin mencoba. Tapi ada satu pekerjaan yang tidak seorang pun mau melakukannya, yaitu mengiris bawang merah.

Keseruan masih terus berlangsung saat makan bersama. Semua antusias mencoba jenis sayuran baru. Tanpa ragu semua mencoba, mungkin faktor makan bersama juga berpengaruh.
“Enak!”
“Aku mau nambah!”
Demikian sedikit komentar dari mereka. Selebihnya mereka asyik menikmati makan siang bersama.

Bagaimana dengan batang kelor yang hasil menebang? Mau diapakan?
Aku tantang mereka adakah yang mau mencoba untuk menumbuhkannya.
“Memangnya bisa ya?”
“Bagaimana caranya?”
Vira dan Zainab menjawab tantangan tersebut dengan semangat. Kusampaikan pada mereka untuk merendamnya dengan air.

Sebelumnya kami memang membahas mengenai cara-cara memperbanyak tumbuhan. Mulai dengan menanam biji atau benihnya, menanam kembali sisa bagian batang atau akar/umbinya, atau dengan cara distek, baik stek batang maupun stek daun. Dilanjutkan dengan mengamati berbagai contohnya yang ada di halaman.

Selain keseruan memasak, di awal kegiatan para petualang cilik berdiskusi mengenai sayur dan buah. Bagaimana mengelompokkan keduanya, ciri apa saja yang menjadi pembedanya. Naura terlihat bersemangat bisa menjelaskan perbedaan sayur dan buah dari hasil bacanya.

Di akhir kegiatan, Vira banyak bertanya tentang berbagai hal, salah satunya adalah darimana asal biji bawang daun. Ternyata selain tantangan menumbuhkan sereh yang diselesaikannya, dia pun mencoba sendiri menumbuhkan bawang daun dari sisa memasak.

Ada apa lagi ya di petualangan berikutnya?

Senin, Juli 08, 2019

Eksplorasi Kebun Depan#1


Para penjelajah cilik dalam penjelajahan perdananya di halaman melakukan pengamatan tanaman dan hewan yang mereka temukan.
Kata kuncinya adalah "Aku menemukan...."

Sambil melakukan pengamatan, para penjelajah jg mengambil contoh berbagai tanaman yg ditemukan.

Tanaman yg paling mereka kenali adalah POHON PISANG :)
Sayang...daunnya terlalu besar dan letaknya terlalu tinggi untuk diambil contohnya.

Mereka juga belajar mengenali berbagai jenis tanaman dengan mencium aroma yg dihasilkan oleh bagian tanaman tsb, ada sereh, daun mint, dan daun kelor.

Mengenali tanaman yg berbeda coba mereka lakukan juga dengan membandingkan bentuk daunnya. Mereka menemukan bhw jambu batu dan jambu air, meskipun sama-sama keluarga jambu memiliki daun yg berbeda bentuk dan ukurannya.

Lalu hewan apa saja yg berhasil ditemukan?
Ada hewan yg terbang tapi ga tau namanya...:D
"Ini apa sih? Kok daunnya putih-putih begini?"
"Coba kita lihat pakai kaca pembesar?"
"Itu ada yg bergerak-gerak"
"Ya...itu ada binatangnya, namanya kutu putih"

Kemudian...
"Hii...binatang apa ini?"
"Sptnya itu semut"
"Semut sebesar ini???"

Di saat yg berbeda, ada yg mencoba mengambil semut besar itu, lalu dilepaskan sambil berkomentar...
"Kok semutnya basah?"
"Oh ya? Coba dicium?"
"Iiihh..." sambil menunjukkn ekspresi tdk menyenangkan
"Bau?"
"Iya..."
"Mungkin semut mengeluarkan cairan. Cairan apa ya? Nanti kita cari ya." 

Setelah selesai menjelajah, mereka mencetak daun-daun yg dikumpulkan di atas kertas dg menggunakan krayon.
Saking semangatnya mencetak, gambar daunnya tidak keluar.
Ternyata mencetak daun itu ada tekniknya. Menggoreskan krayonnya dengan tekanan yg lembut, tipis-tipis dan berulang, maka akan dihasilkan gambar daun dan polanya.

Supaya petualangan ini semakin seru, para penjelajah harus mencoba mengeringkan dedaunan yg berhasil dikumpulkan dan menumbuhkan batang sereh spy menjadi tanaman baru yg bermanfaat.
Jangan lupa, amati ya, berapa lama batang sereh tsb keluar akar setelah direndam.

Sampai ketemu lagi di penjelajahan berikutnya!

Kamis, Oktober 25, 2018

Tanaman di Halaman#1 Rosemary

Tanaman Rosemary dalam bahasa Indonesia disebut Rosmarin. Termasuk ke dalam tanaman herbal yang biasa digunakan sebagai bumbu masak dan tanaman obat. Berfungsi juga sebagai tanaman pengusir serangga. Nama latin tanaman ini adalah Rosmarinus officinalis. Bentuknya yang dekoratif menjadikan tanaman ini banyak digunakan sebagai tanaman hias.

Menanam Rosemary bisa dengan beberapa cara, bisa secara generatif dan vegetatif. Mulai menanam dengan menyemai dari benih ternyata tidak mudah, mungkin karena ada yang keliru dari cara menanamku. Beberapa kali mencoba menyemai benih yang kubeli dari sebuah kebun organik hasilnya selalu gagal. Alhamdulillah ada tetangga yang punya pohonnya dan aku mendapat hasil stek batang yang masih kecil. Ketika sudah mulai cukup besar dan akarnya sudah kuat, kucoba untuk menyeteknya. Batang yang kupotong kutancapkan ke media tanam yang telah disiapkan. Cukup dijaga kelembabannya, stek batang Rosemary akan tumbuh dengan baik.



Setelah beberapa bulan menanam Rosemary, suatu ketika saat musim kemarau datang, tanaman rosemaryku kelihatan seperti mengering. Daun-daunnya berwarna coklat di ujung-ujungnya. Awalnya aku pikir tanaman tersebut mengalami kekeringan karena sempat ditinggal selama beberapa hari keluar kota. Setelah berusaha menyiramnya setiap hari, tidak ada perubahan pada tanaman tersebut. Sampai aku menemukan bintik-bintik hitam yang berjalan di batang dan daun tanaman itu. Ternyata tanaman rosemary ku terserang kutu hitam. Karena terlambat menyadarinya, kutu-kutu hitam tersebut telah berkembang biak banyak sekali.

Jika kita menemukan kutu hitam saat belum berkembang biak, maka secepatnya kutu-kutu tersebut harus dimusnahkan secara manual, yaitu dengan mematikannya. Tetapi jika kutu-kutu tersebut telah banyak tersebar di seluruh bagian tanaman, maka yang bisa kita lakukan adalah memangkas batang-batang yang terkena kutu. Batang-batang tersebut jangan dibuang karena masih bisa ditanam kembali. Caranya adalah dengan merendamnya terlebih dahulu dalam air supaya kutu-kutunya mati. Kemudian tancapkan batang-batang tadi ke dalam tanah.

Cara berikutnya yang bisa dilakukan bersamaan dengan pemangkasan adalah menyemprotnya dengan pestisida alami. Pestisida tersebut bisa kita buat sendiri dari bawang putih yang direndam air selama 24 jam. Kemudian dicampur dengan sabun cair untuk cuci piring dan disemprotkan ke semua bagian tanaman rosemary. Aku menggunakan cairan lerak sebagai pengganti sabun cuci piring untuk menjaga kealamian pestisida yang digunakan. Pestisida bawang putih ini harus habis dalam 3 hari. Jika lebih dari itu, baunya akan sangat menusuk dan tidak enak.

Yang kusuka dari tanaman ini adalah baunya, efeknya menenangkan. Selain itu tanaman Rosemary ini juga mempunyai manfaat yang beragam. Aku banyak menggunakannya dalam bentuk segar, yaitu sebagai bumbu ayam panggang dan tenderloin steak, membuat teh rosemary dan memasukkannya dalam pembuatan shampoo cair alami bersama lerak, honje dan sereh. Menurut artikel yang kubaca, Rosemary dapat mengobati kerontokan rambut.



Berkebun itu memang menyenangkan, apalagi jika sudah bisa memetik hasilnya dan merasakan beragam manfaat dari tanamannya. Awalnya memang tidak mudah, apalagi jika tidak punya pengalaman dan latar belakang bercocok tanam. Namun menjalani proses belajar itu sungguh menantang dan banyak hikmah.
Hmmm...tanaman apalagi ya yang ada di halaman?

#berkebunorganik
#belajardikebun


Rabu, Februari 08, 2017

Presentasi Project Ternak Kelinci

Amira sempat terkejut ketika mengetahui dia mendapat giliran pertama untuk presentasi di depan pasukan penggalang Pramuka HS Bandung. Presentasi ini adalah program baru yang coba kami jalankan sebagai ajang berbagi dan menginspirasi di antara mereka.
Bukan hanya Amira, aku pun terkejut ketika mengetahuinya. Karena Amira baru 3 minggu naik golongan menjadi pramuka penggalang.

Saat Sarapan di Satu Pagi

Seperti biasa kami sarapan pagi berempat saja, aku, suamiku, kakak, dan Nina. Kemana si sulung? Kebiasaan tidur larut malamnya masih menjadi tantangan besar untuk bangun pagi, meskipun dia rutin shalat Subuh berjamaah di masjid...

Ketika Nina bersiap mengambil ayam goreng dan kremesannya sebagai teman nasi, si sulung yang baru bangun duduk di sebelahnya dan berkomentar, "Jangan banyak-banyak!"

Spontan saya turut menyela, "Kalau masih loading jangan komen...", sambil kesal melihatnya melarang adiknya.

Bukannya berhenti, dia malah mendelik menatap sang adik. Wah bahaya nih, kalau dilanjutkan bisa rusak suasana hari itu, apalagi saya pun sudah mulai terpancing untuk mengomel.

Maka aku pun menarik nafas dan meminta si sulung untuk segera mandi. Meskipun disambut dengan wajah ditekuk, dijalankannya juga permintaanku, mungkin instruksi lebih tepatnya.

Setelah mandi, kembali dia ke meja makan dan bersiap sarapan. Melihat ayam dan kremesannya masih ada, ditanyanya aku apakah boleh untuknya.
"Boleh", jawabku.

Dengan tenang dinikmatinya sarapan paginya. Setelah selesai, aku pun bertanya, "Tadi kenapa?"
"Kapan?" Balasnya.
"Tadi itu lho, dateng-dateng kok ngomel...", balasku lagi.
"Lupa", jawabnya.

Ooh...ternyata benar. Anakku masih loading, belum sadar betul dari bangun tidurnya. Setelah mandi dan sarapan, sikapnya biasa-biasa saja. Bersyukur aku tidak memperpanjang komentarku yang bisa berujung pada omelan berkepanjangan. Padahal anaknya mengerti pun tidak karena masih kondisi mengantuk.

#hari6
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Perjalanan Minim Sampah

Minim sampah dalam perjalanan merupakan sebuah tantangan, namun hal tersebut sangat mungkin dilakukan. Memang tidak semua akan ideal seperti...