Jumat, Mei 31, 2013

Sudahkah Kaucuci Piring Makanmu?


Setiap selesai makan, selalu kupesankan pada anak sulungku untuk mencuci piringnya sendiri. Meskipun sedikit mengeluh, dia tetap melaksanakan pesanku itu. Tetapi selalu ada saja barang yang disisakan untuk dicuci oleh orang lain, yaitu sendok dan garpunya. Di samping itu, piring yang dicucinya seringkali masih menyisakan bekas nasi atau minyak.

Mungkin baginya mencuci piring bukanlah sebuah pekerjaan yang penting. Namun dalam kenyataannya mencuci piring menyimpan proses pembelajaran dan pembentukan karakter di dalamnya.

Cerita berikut ini kukutip dari buku berjudul Mendidik Karakter dengan Karakter, karya Ida S. Widayanti;

Alkisah, pada suatu masa ada seorang pemuda yang mencari guru terbaik di negerinya. Ia mendengar bahwa guru yang paling hebat tinggal di sebuah tempat yang jauh dan sulit untuk ditempuh. Karena tekadnya sudah sangat kuat, maka berangkatlah pemuda itu dengan membawa perbekalan secukupnya.

Setelah menempuh perjalanan jauh, tibalah sang pemuda di tempat sang guru.

“Apa yang membuatmu tiba di tempat ini, anak muda?” Tanya sang guru.

“Saya ingin berguru agar saya menjadi orang yang arif bijaksana serta menjadi seorang pemimpin masyarakat.”

“Baiklah, sebelum saya bisa menerimamu, saya ingin bertanya, apakah engkau mencuci piring bekas sarapanmu tadi pagi?”

“Tentu saja tidak sempat, Guru. Berangkat ke sini bagi saya merupakan hal yang sangat penting, jangan sampai terganggu oleh hal yang sepele.”

“Kamu salah, sekarang pulanglah dulu. Cucilah piringmu dulu! Bagaimana mungkin engkau bisa menjadi pemimpin yang bertanggung jawab terhadap masyarakat dan negeri, sedangkan engkau tidak bertanggung jawab terhadap barang yang telah engkau pergunakan.”

Sifat tanggung jawab harus dibangun dari hal-hal yang kecil dan dari dalam dirinya sendiri, demikian hikmah yang dapat dipetik dari kisah di atas. Seorang anak sudah sewajarnya diajak untuk menyelesaikan tanggung jawabnya terhadap barang-barang yang dipergunakannya sebelum dia diminta bertanggung jawab untuk hal-hal yang lebih besar di luar rumahnya, baik itu lingkungan sekolah atau masyarakat.  

Melipat selimut, menjemur handuk, menempatkan baju kotor dalam keranjang cucian, mencuci piring bekas makan, dan memasukkan kotak bekal ke dalam tas sekolah hanyalah beberapa contoh hal kecil yang sering dilewatkan begitu saja oleh anak-anakku sebelum berangkat ke sekolah. Agar anak bertanggung jawab akan hal-hal kecil tersebut, orang tua hanya tidak boleh bosan untuk terus mengingatkan dan jangan selalu mengambil alih tanggung jawab tersebut, karena sesungguhnya rumah adalah tempat belajar utama bagi anak.

Sabtu, Mei 25, 2013

Belajar Digital Scrapbooking

Melihat hasil digiscrap karya teman-temanku di grup fb membuatku penasaran ingin mencobanya. Belajar dari ibu teman anakku melalui blognya Nadia Scraps, aku iseng-iseng mulai membuatnya. Karena aku belum rajin mengikuti perkembangan, dengan kata lain masih timbul tenggelam semangatnya, maka aku masih memakai freekits yang itu-itu saja, yang kudapatkan dari FreeDigiScrap setahun yang lalu mungkin. Selain itu aku juga menggunakan kit Tuesday Morning by Aly De Moraes dan Plentiful dari Shabby Princess. Ditambah lagi kemampuanku yang tidak meningkat dalam menggunakan Adobe Photoshop CS3, karena selalu lupa perintah-perintah yang harus digunakan. Meskipun demikian, saat mencoba membuat sendiri scrapbooking ini, aku selalu bersemangat dan bisa setia di depan komputer dalam waktu yang lama. Berikut ini adalah hasil coba-coba seorang pemula:


Saat bermain bersama di halaman depan rumah 
Sekolahku pilihanku
Want to be a popstar



Jumat, Mei 17, 2013

Cerita Pelangi

Suatu sore setelah hujan menyiram kota kami, sebuah pelangi yang indah muncul menghias langit yang telah kembali terang. Kedua putri kecil dengan gembira memanggilku untuk ikut menikmati indahnya pelangi.
"Pelanginya indah ya, Ma", komentar Nisrina, putri kecilku.
"Aku ingin dekat ke pelangi....tapi aku kan ga bisa terbang ya, Ma", lanjutnya
"Kalau aku jadi peri....tiba-tiba aku menjadi kecil! Ga bisa kan...", lanjutnya lagi
Aku terpesona dengan keindahan warna-warna yang menghias di angkasa, dan mendengar komentar putri kecilku yang berusia tiga tahun membuatku tidak dapat berkata-kata, hanya senyuman lebar tersungging di bibirku. Kemudian akhirnya menimpali komentarnya dengan sebuah anggukan dan berkata, "Iya..."
"Aku sangat sukaa pelangi... Oh, betapa indahnya", katanya lagi sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada.
Subhanallah, sungguh tiada yang dapat menciptakan keindahan luar biasa ini selain Allah Azza wa Jalla.

Perjalanan Minim Sampah

Minim sampah dalam perjalanan merupakan sebuah tantangan, namun hal tersebut sangat mungkin dilakukan. Memang tidak semua akan ideal seperti...