Sabtu, September 21, 2019

Aktivitas Seru Bersama Anak

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Salam kenal teman-teman semua.

Apa yang akan saya sampaikan di sini merupakan pengalaman keluarga kami dalam menjalankan kegiatan bersama. Tahapan yang diuraikan pun merupakan hasil dari pengalaman kami.
Dan kami sangat meyakini bahwa setiap anak itu unik, begitu pula dengan orangtuanya; ayah bundanya pun unik, sehingga setiap keluarga akan menjadi unik pula.
Berdasarkan hal ini, keseruan sebuah aktivitas akan menjadi kekhasan dari setiap keluarga.

Apa yang dimaksud dengan aktivitas seru?
Seru menurut siapa?
Sebelum membahas lebih jauh mengenai topik ini, kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa yang sebenarnya ingin kita rencanakan.
Apakah kita ingin merancang aktivitas yang menurut kita seru, kemudian mengajak anak untuk bersama-sama melakukannya?
Atau kita ingin menggali apa yang ingin anak lakukan? Apa yang disukai anak untuk dilakukan? Dan kita sebagai orangtua ikut beraktivitas bersama mereka.

Pertanyaan terakhir merupakan dasar dari perencanaan aktivitas dalam keluarga kami. Setiap aktivitas yang kami lakukan merupakan aktivitas yang diinginkan dan disukai anak. Orangtua akan memfasilitasi (menterjemahkan keinginan anak) dan membersamai anak dalam pelaksanaannya.

Beberapa hal yang kami terapkan dalam melakukan perencanaan aktivitas bersama anak adalah:
1. Bertanya pada anak
Jika anak sudah bisa kita ajak untuk berkomunikasi, maka tanyakanlah pada mereka.
Jika belum, maka kita bisa melakukan pengamatan hal-hal apa saja yang menarik minat anak.

2. Masuklah ke dunia anak
Membersamai anak dan beraktivitas bersama mereka berarti kita harus belajar memahami pikiran dan perasaan mereka. Ada hal-hal yang menurut kita tidak menarik dan tidak penting/berguna, padahal hal tersebut sangat disukai anak dan penting bagi mereka.

3. Mulai dari kesukaan dan/atau minat anak
Anak tidak pernah kehabisan ide untuk berkegiatan. Sehingga sebagai orangtua sesungguhnya tidak akan ada istilah mati gaya dalam merancang aktivitas anak. Mulailah dari hal-hal sederhana yang disukai anak.

4. Hargai pendapat dan pilihan anak
Apa pun jenis kegiatan yang dipilih anak harus kita hargai dan terima. Dengan demikian anak belajar untuk membuat pilihan dan keputusannya sendiri.

5. Fasilitasi dan bersamai
Tugas orangtua adalah memfasilitasi, bisa dengan membantu menterjemahkan keinginan anak menjadi sebuah bentuk aktivitas atau menyediakan sarana pendukungnya. Kemudian bersamai anak dalam melaksanakan aktivitas tersebut.

Demikian sedikit pengantar yang bisa saya sampaikan.
Kita lanjutkan dengan berdiskusi 😊

Terimakasih

(Disampaikan dalam kulwhap RB3 IP Sumut, Kamis 19 September 2019)

Senin, September 16, 2019

Membersamai Anak Tumbuh dan Berkembang


LET THEM BRIGHT WITH THEIR OWN LIGHTS

 “Apa yang sebenarnya Aa rasakan, apa yang sebenarnya Aa tidak suka? Apakah tidak suka belajar atau tidak suka sekolah?”
“Aa mau dan suka belajar, tapi di sekolah Aa tidak belajar apa yang Aa butuhkan.”

Bergerak dari hal tersebut, aku menetapkan untuk selalu berusaha fokus dengan apa yang menjadi kebutuhan anak-anak menurut mereka agar mereka dapat berkembang sesuai dengan harapan dirinya, menemukan dirinya dan menjadikan dirinya bermanfaat melalui peran yang dipilihnya.

Semua Ada Waktunya
Anakku memperhatikanku dengan seksama. Kemudian dia berkata,”Nina juga nanti mau nulis jurnal seperti Mamah dan Kakak.”
Aku langsung menjawab spontan, “Hayuk atuh dek, kita mulai.”
Tanpa kuduga dia menjawab,”Nanti Mah, bukan sekarang. Nina tuh masih setengah hati, menulisnya  pun setengah mati.”
Tertegun aku mendengar jawabannya.

Aku kembali mengingat kejadian empat tahun lalu, saat Nina ditantang papahnya untuk belajar membaca dengan janji dia boleh meminta apa yang diinginkannya sebagai hadiah. Hampir setahun berselang, belum ada tanda-tanda putri kecilku ini mulai bisa membaca. Hanya minatnya akan buku yang tetap tinggi, yang menjadikan kami, aku dan kakak-kakaknya, mempunyai tugas membacakan buku secara bergantian setiap hari. Sesekali aku suka mencoleknya dan mengingatkan akan tantangan dari sang ayah. Dengan santai, Nina menjawab,”Adek sedang belajar berhitung Mah, belum belajar baca.”
“Jadi kapan belajar bacanya?” tanyaku
“Nanti kalau sudah belajar berhitung”, balasnya

Memasuki bulan Syawal di tahun tersebut, aku perhatikan Nina selalu asyik dengan komik yang sama. Kemana-mana selalu dibawa, sampai lecek. Tampak serius di satu bagian, terharu di bagian yang lain dan tertawa di bagian yang berbeda lagi. Penasaran aku pun bertanya,”Dek, emang ngerti? Bisa bacanya?”
“Bisa”, jawabnya mantap
“Mau dong Mamah dibacain”, pintaku

Dibacakannya dengan keras komik tersebut dari awal sampai akhir dan lancar. Tercatat 1 jam 20 menit dia membacakannya untukku.
“Sejak kapan bisa baca?” tanyaku penasaran
“Ga tau, Nina lupa”, jawabnya enteng

Belajar dari putri kami, anak mempunyai waktunya sendiri untuk mempelajari sesuatu hal dan mereka paham akan kesiapan dirinya. Ketika anak siap, belajar menjadi lebih mudah. Sayangnya, aku seringkali masih saja gatal untuk mempercepat prosesnya.

Menikmati Proses
Jalan-jalan, jajan dan belanja adalah tiga hal yang disukai Amira. Jalan-jalannya sederhana, yang penting keluar dari rumah. Jalan kaki ke bukit atas atau sekedar berkeliling dengan motor bersama Papah. Apalagi kalau ditambah jajan, wisata kuliner, dan belanja, senyumnya akan semakin mengembang.
Saat jajan, jenis makanan yang diminati pun seperti ada musimnya. Ada musim ayam geprek atau musim ramen. Sebelumnya pernah ada musim pancake, donat,  dan pizza.

Ketika musim pancake tiba, maka hampir setiap hari tepung dan telor menghilang dari stok dapur. Selama belum mendapatkan hasil pancake yang pas menurutnya, maka kami sekeluarga masih akan mendapatkan suguhan pancake, meskipun menurut kami sudah enak.

Di lain waktu datanglah musim donat. Tiap hari oprak oprek resep donat. Setelah menemukan resep yang gue banget dan dirinya puas, tiba waktunya musim berganti.  

Jika ditanya mengapa tidak membuat lagi berbagai makanan yang pernah dicobanya, maka selalu dijawab singkat dengan “lagi ga mau”, dan ditunjukkan dengan kesibukan baru oprak-oprek resep makanan yang berbeda lagi. Pernah kukira dia sedang mencoba resep kukis coklat, eeh ternyata membuat kukis wortel dicampur pellet untuk kelinci…

Eksperimen ini bukan hanya berlaku untuk makanan. Pernah ada slime, yang berlangsung hampir dua tahun sampai menemukan “Original Slime Recipe”. Kali lain membuat template blog yang menghasilkan tampilan blog yang selalu berubah setiap harinya. Itu semua dilakukannya karena suka, mencoba sampai mendapatkan hasil yang diharapkannya.

Menemukan Pola Belajarnya Sendiri
“Nina mau belajar masak” jelas Nina saat menunjukkan rencana belajarnya dua tahun lalu.
Segera aku mencoba menyiapkan program belajar memasak untuknya menurut bayanganku.
Ketika melihatnya selalu asyik dengan buku-buku, aku mengajaknya untuk memasak bersama.
“Mah, sekarang Nina sedang belajar tentang bahan masakan”, jawabnya sambil menunjukkan halaman tentang berbagai macam rempah dan bumbu lainnya di buku yang dibacanya.
Selama setahun pertama, Nina tetap asyik membaca, dari mulai kamus bergambar sampai berbagai buku resep yang dipinjam dari Eninnya. Selain itu dia senang bertanya segala sesuatu yang ada di dapur, menu makan yang sedang kusiapkan, atau mencoba nguleg bumbu dan sekedar memegang sutil serta mengaduk masakan. Tahun kedua, Nina sibuk bertanya tentang kemampuan Mamanya memasak, mengapa masakannya selalu berputar menunya, menu harian keluarga dan pesanan ke Mang Sayur. Lebih tepatnya di tahun tersebut, Nina lebih banyak memotivasi Mama untuk mencoba resep-resep baru hasil bacanya. Dia ikut membantu memasukkan atau mencampur bahan-bahan. Di samping itu dia rajin memberi saran menu harian keluarga dan banyak mencoba makanan-makanan baru yang sebelumnya tidak mau dicobanya. Nina menjadi andalan untuk mencicipi masakanku. Di tahun kedua ini, Nina sudah bisa memasak nasi untuk keluarga dan menggoreng telur untuk sarapannya sendiri.
Memasuki tahun ketiga, Nina mulai praktek memasak. Kalau dia sedang ingin mencoba memasak, maka aku dilarangnya untuk ke dapur. Dia mulai berani mengolah bahan makanan yang tersedia, menunya mulai dari nasi goreng, sop sayuran, sop ikan nila, berbagai variasi orak arik telur, termasuk juga mengolah ayam. Termasuk menyiapkan bekal untuk kegiatan pramuka di hari Rabu, berupa variasi pasta atau omelet, karena bosan dengan bekal yang selalu disediakan Mama-nya yang ga mau susah, nasi dan ayam goreng plus rebus sayuran. Program memasak ini masih berlangsung sampai sekarang.

Satu ketika Nina menemaniku berkebun di halaman depan, dia menyampaikan,”Nina juga mau punya kebun sendiri, nanam-nanam bunga. Boleh Ma?”
“Boleh, Nina mau nanam di sebelah mana?” jawabku bersemangat
“Bukan sekarang Ma. Sekarang Nina sedang belajar tentang tanamannya dulu.” Jawabnya

Belajar dari pengalaman program memasak Nina, aku langsung menahan diri dan menyadari anakku tahu tahapan apa yang ingin dilakukannya.

Be Patient. They’ll tell you
“Kak, gimana ceritanya berangkat sendiri teh?” dengan antusias aku bersiap mendengar cerita perjalanan Amira.
“Biasa aja” jawabnya datar
“Gimana perasaannya? Waktu naik kereta, terus naik KRL…kan Kakak belum pernah”, lanjutku lagi masih dengan penasaran
“Ya ga gimana gimana. Kakak naik kereta, cari tempat duduk terus duduk. Pas harus turun ya turun. Ikut petunjuk yang dikasih aja” jawabnya tetap datar
Aku pun menyerah dan melanjutkan aktivitas
Ketika kami sedang duduk santai, tiba-tiba Amira memulai percakapan,”Mah, tau ga….” Dan meluncurlah berbagai kisah perjalanan dan eksplorasi yang baru dijalaninya.

“Mah, tadi teman Aa curhat…”
“Mah, tadi asyik lho! Nina sama teman-teman main…”
“Mamah lihat ga tadi Kakak latihan…”

Itu adalah beberapa kata kunci awalan ketika anak-anak siap berbagi ceritanya denganku
Anak-anak selalu senang bercerita selama aku tidak terburu ingin mengetahuinya. Bersabar, mau menunggu dan kemudian mendengarkan.
  
Menetapkan Pilihan dan Berkomitmen Menjalankannya
Menekuni dunia menggambar dan menjalankan project membuat boardgame  selama empat tahun terakhir serta melatih Pramuka di dua sekolah dua tahun terakhir merupakan kegiatan si sulung. Di samping itu dia pun magang di sebuah tempat bermain boardgame dalam setahun terakhir. Hal ini membuat sulungku mengambil keputusan yang berbeda dari yang kami bayangkan.

Mah, Aa ga akan ambil Paket C ya, ga kuliah juga. Aa mau ngelanjutin project, magang dan ngajar”, tiba-tiba si sulung menyampaikan keputusannya.
“Yakin?” tanyaku bingung
“Yakin”, jawabnya mantap

Mengobrol dengannya menanyakan berbagai hal tentang keputusannya ini, aku merasakan bahwa anakku benar-benar yakin dengan pilihannya. Sebagaimana dulu dia mengemukakan alasan untuk mencari alternative belajar selain di sekolah, maka kali ini aku bisa melihat kesungguhannya. Sehingga bagianku adalah mendukungnya dan menjadi teman ngobrol yang bersedia mendengarkannya.

Do kNow Think
Pernah ada fase dimana aku tidak ingin melakukan apa-apa. DO NO THING! Mungkin lelah… :D
Namun ternyata aku tidak pernah benar-benar tidak melakukan apa-apa. Terlalu banyak hal yang sayang untuk dilewatkan, apalagi saat bersama anak-anak. Mereka terlalu dinamis dan selalu mendorongku tetap bergerak.
Maka kemudian aku mencoba mengurai kembali semua yang kulakukan (DO) dan mengenali manfaat serta pengaruhnya terhadap diri sendiri, anak-anak dan keluarga (kNOw) serta memikirkan tindak lanjut untuk memperbaiki, mengubah atau membesarkan laku yang telah dijalani (THINk).

Dan aku menemukan siklus penyemangatku untuk terus membersamai anak-anak menemukan peran kehidupannya, cemerlang dengan sinarnya sendiri. 


Bandung, 8 September 2019
Dita Wulandari
@Rumah3Bintang

(Disampaikan dalam Tacit Padhang Mbulan WAG Perak Diaspora, Ahad 15 September 2019)


Perjalanan Minim Sampah

Minim sampah dalam perjalanan merupakan sebuah tantangan, namun hal tersebut sangat mungkin dilakukan. Memang tidak semua akan ideal seperti...