Jumat, Maret 20, 2015

Mengelola Emosi dalam Mendidik Anak

Resume Kulwapp#2 IIP Surabaya 1
Kamis, 19 Maret 2015 pk. 20.00-21.00
Nara Sumber: Septi Peni Wulandani

Tidak bisa dipungkiri, mendidik anak kadang memancing emosi kita. Rasanya sulit ditahan, karena semakin ditahan justru semakin ingin diledakkan. Sehingga yang muncul akhirnya adalah luapan kemarahan. Tapi ngat bunda, amarah seringkali mendekatkan diri kita kepada hal-hal yang berbahaya.Tanpa kita sadari terkadang anak akan menjadi sasaran kemarahan kita.Hal ini akan sangat tidak baik terhadap perkembangan perilakunya. Karena anak akan banyak belajar dari apa yang mereka lihat dan dengarkan.

Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam mendampingi anak- anak di kehidupan sehari-harinya.
1. Apakah anda sudah siap lahir batin menjadi ibu? Apakah mendidik anak ini anda hadapi sebagai sebuah tanggung jawab yang mulia, atau justru menjadi beban anda?
Hal ini penting saya tanyakan, karena ibu yang secara emosional dan spiritual belum siap mendidik anak, biasanya akan lebih cepat emosi dan stress dalam menghadapi masalah sehari-hari. Untuk itu latih kecerdasan emosional dan spiritual anda untuk memaknai peran ibu. Karena Ilmu pengetahuan tentang parenting saja tidak cukup.

2. Apakah anda merasa "tertindas" oleh perlakuan suami/mertua/saudara ipar selama menjalankan rumah tangga ini? Apakah anda sering direndahkan oleh mereka dan diperlakukan "tidak semestinya"? Apakah selama ini anda pendam perasaan tersebut, tidak dikomunikasikan? Kalau ya, segera selesaikan, bicarakan pada mereka baik-baik, agar antara anda dan suami/mertua/saudara ipar sama-sama mau berubah. Menurut Paulo Freire dalam bukunya "Pendidikan Kaum Tertindas" menyebutkan bahwa idola kaum yang tertindas adalah penindasnya sendiri. Sehingga kalau anda selama ini merasa tertindas oleh perbuatan suami/mertua/saudara ipar, biasanya akan melakukan hal yang sama ketika berhadapan dengan anak-anak di rumah. Karena yang ada di kepala anda, anak-anak ini lemah, ketika rewel dan menyentil emosi anda, secara reflek yang anda lakukan sama persis dengan perlakuan yang anda terima dan tidak anda sukai dari pihak lain. Hati-hati.

3. Pahami anak anda dengan baik, hal ini akan mengurangi banyak sekali emosi yang keluar ketika bersama dengan mereka.Selaras dengan tumbuh kembangnya, pada anak balita biasanya akan mulai terjadi perubahan-perubahan perilaku. Di antaranya adalah muncul sikap penolakan anak terhadap lingkungan sosialnya. Gejala seperti ini biasanya dimulai saat anak berusia 2,5 tahun sampai 3 tahun. Keakuan anak-anak ini mulai muncul dan mereka mulai ingin membedakan dirinya dengan orang lain. Pada saat itu pula, si kecil sudah mulai mencoba keinginannya sendiri. Perubahan-perubahan ini yang lantas dipersepsi oleh para orang tua bahwa anak menjadi mulai sulit diatur, maunya sendiri dan sebagainya, yang tidak jarang kemudian sering menimbulkan kerepotan dalam memperlakukan mereka. Kondisi ini sering saya sebut sebagai "masa badai" , pahami saja kapan masa-masa itu keluar, kemudian siap menghadapi. Ada yang muncul di usia ganjil ada juga yang muncul di masa peralihan, bayi ke anak, anak ke remaja dan remaja ke dewasa.

4. Bagi anda yang beragama Islam, sudah ada tuntunannya untuk mengelola emosi yaitu Pertama, bacalah ta’awudz ketika marah. Kedua, ubahlah posisi ketika marah. Ketiga, diam atau tidak bicara. Ketika Anda diam, maka Anda akan menjaga diri dari berbicara atau berbuat sesuatu yang menyakitkan anak yang kemudian akan disesali, dan sekaligus Anda dapat menjadi model bagaimana mengontrol emosi diri sendiri bagi anak. Ambillah waktu sejenak untuk merencanakan dan merenungkan apa yang harus Anda lakukan. Keempat,berwudhulah. Jika keempat langkah tadi belum mampu meredakan amarah, ambillah langkah pamungkas, yaitu dengan melaksanakan shalat dua rakaat. Insya Allah dengan shalat amarah akan dapat diredakan.

5. Amati kehidupan kita, suami dan anak-anak, carilah apa yang menyebabkan diri kita, suami dan anak-anak menjadi cepat marah. Apakah ada sikap dan kondisi rumah yang sangat cepat memicunya . Misal suami baru pulang kerja lihat rumah berantakan, pekerjaan yang ditunda-tunda akhirnya menumpuk, kalimat-kalimat yang egois, dll, hal-hal tersebut kadang menjadi pemicu kemarahan, maka SELESAIKAN. Hati-hati MARAH itu menular.

Salam Ibu Profesional
/Septi Peni Wulandani/

Sesi Tanya Jawab
T1. Bunda Nana: bagaimana mengendalikan emosi berlebihan,agar dampak dari emosi tidak mengenai orang lain?(misal marah atau dongkol ke orang lain di luar rumah,tapi jangan sampai anak suami/istri ga terkena dampak emosi kita)trmksh
J1. Bunda Nana, mari belajar switch, kalau habis bertemu satu permasalahan tidak dibawa di peristiwa berikutnya. Caranya adalah segera berpindah gerakan, ambil nafas, dan switch dengan memori yang lain.

T2. Bunda Shanty: Saat emosi apakah bisa kita 'menghilang' sejenak dr anak-anak? Bagaimana menyampaikan pada mereka. Dan bagaimana contoh firm love?
J2. Bunda Shanty, marah itu menular, jadi sebaiknya anda bilang ke anak-anak, mamah masuk kamar dulu sebentar ya kak, tolong jaga adik. Cepat release rasa marah di back stage anda. Dan segera keluar bertemu anak-anak dg wajah dan rasa yang berubah, karena disitulah on stage anda.
Firm love itu antara bahasa tubuh, intonasi dan ucapan sama. Biasanya sedikit menggunakan kata, tapi memberi efek jera ke anak.

T3. Bunda Dita : Bu Septi, saya suka diam jika sedang kesal dengan anak, maksudnya supaya tidak marah, dan menyendiri. Tapi anak-anak malah selalu mengikuti dan terus bertanya apakah saya kesal/marah. Apakah saya boleh memberitahu bahwa saya sedang kesal dan ingin menyendiri?
Kapan sebaiknya saya menjelaskan sebab kekesalan saya?
J3. Bunda Dita kalau anak-anak sudah bisa diajak bicara, sebaiknya diajak cerita sekalian mengenalkan berbagai emosi dan cara mengatasinya. Itu pembelajaran yang berharga buat anak-anak. Jangan sampai salah karena akan di-copy oleh anak dengan sempurna.

T4. Bunda Fardha: Bagaimana bersahabat dengan kondisi hati yang fluktuatif (moody)? Sensitif terhadap perubahan stimulus dari luar pribadi?
J4. Bunda Fardha, moody itu biasanya karena ada sesuatu yang belum selesai dengan diri kita atau kita termasuk yang susah konsisten. Maka selesaikan dulu permasalahan yang jadi ganjalan, kemudian belajar konsisten pada satu hal. Misal 3 jam saat bersama anak, tidak akan marah ini bisa sebagai latihan yang dilakukan dari hari ke hari.

T5. Bunda Shanty : Bagaimana membuat kesepakatan dengan anak 2,5th. Contoh gambar? Bila anak lari saat timeout,dikembalikan lagi ketempatnya? Begitu terus? Berapa menit time out yang sesuai umur. Karena masalah kesepakatan yang dilanggar salah satu pemicu marah.
J5. Bunda Shanty, anak 2,5 th itu banyak paham dengan gerakan dan bahasa tubuh. Bersuaralah dengan intonasi yang tegas saat memberitahu dia. Jangan banyak berbicara. Time out tidak ada aturan baku, kalau bisa selesai dengan bahasa tubuh yang dipahami anak sebagai penolakan, insya Allah anak bisa mengerti.
Kalau ada kesepakatan yang dilanggar jalankan konsekuensinya dan tungguin. Setelah itu buat kesepakatan awal yang baru.

T6. Bunda Dyah : Bagaimana mengendalikan emosi saat anak tantrum, karena 'marah itu menular'?
J6. Bunda Dyah, pertama harus safety first dulu, sebelum bunda tinggal. Setelah kondisi aman, abaikan anak tersebut, menjauhlah dengan kondisi jarak masih bisa melihat. Setelah capek baru kita datangi dan minta ambil air wudhu, baru bicara.

T7. Bunda Hamidah : Assalamualaikum. Latihan untuk bisa kontrol emosi bagaimana bunda?
J7. Wa'alaykumsalam wr.wb Bunda amidah. Cara yg paling ampuh adalah dengan puasa. Itu bisa mengontrol kita luar dalam. Setelah itu setiap kali menerima sesuatu yang tidak enak di hati, jangan buru-buru dijawab, kencengkan nalar, baru setelah itu dijawab.

T8. Bunda Fitri Eka : Bagaimana jika masalah-masalah muncul dari mertua/keluarga besar suami yang memang sebagai menantu hanya bisa diam karena memang harus banyak mengalah. Seringkali ini menjdi pikiran-pikiran negatif yang seringkali mematikan potensi-potensi diri karena merasa diri selalu diposisi salah, sedang suami adalah anak laki-laki yang harus berbakti jadi intinya mengalah adalah hal yang aman. Yang ingin saya tanyakan bagaimana supaya bisa move on dari pikiran-pikiran negatif tsb, supaya diri bisa menjadi lebih fresh untuk berpikir hal-hal positif lainnya? Terimakasih.
J8. Bunda Fitri Eka, jadilah satu team yang solid untuk hal ini. Karena orang yang paling paham mertua kita adalah suami kita sebagai anaknya. Posisikan suami di titik yang adil. Maka buka komunikasi, kalau ada yang bunda tidak sukai, bilangnya harus ke suami, kemudian cari solusi bersama. Sehingga peluang berkah dari taatnya suami ke ibunya itu akan menjadi berkah istri.

T9. Bunda Fajar : Kadang kita sebagai istri ketika mendapati suami salah, Ketika dia pulang ke rumah kita memilih untuk diam beberapa saat, cara yang baikkah seperti itu? Atau adakah cara lain mengendalikan emosi kita?
J9. Bunda Fajar, suami kita bukan dukun yang akan paham sendiri dengan ilmu kebatinan. Seberapapun emosi kalau tetap ada komunikasi itu akan cepat selesai. Dan usahakan selesai sebelum tidur.

T10.Bunda Tika : Bunda Septi seperti apakah definisi dan batasan luapan emosi baik pada anak atau pun orang dewasa? Dan bagaimana meredamnya? Terimakasih.
J10. Luapan emosi itu biasanya ketika nalar sudah tidak digunakan, ucapan dan gerakan tidak terkontrol. Maka untuk meredamnya ada tahapan :
a. Releasing
b. Accepting
c. Up grading.

T11.Bunda Farda : Sebagai full time mother yang 24 jam sehari/7hari seminggu bersama si kecil terkadang sangat menguras energi psikis dan emosi. Adakah tips bu septi untuk menjaga emosi positif, agar waktu bersama si kecil selalu berkualitas dan tidak ada penelantaran terselubung (tidak disadari karena terus bersama si kecil)
J11. Bunda harus menikmati proses mendidik anak sebagai aktivitas dinamis selalu berubah. Bukan termasuk rutinitas. Siapkan fisik dan psikis kita. Saat mau mendidik.anak pakai baju yang rapi, rumah dan seisinya tidak tampak berantakan, karena ini akan jadi pemicu emosi. Siapkan lesson plan bersama si kecil.

T12.Bunda Nana : Bagaimana cara menyalurkan emosi yang aman (aman bagi yg emosi/diri sendiri juga aman bagi orang lain disekitar)? Terima kasih.
J12. Ada banyak cara, ada teman saya yang memilih cuci-cuci kalau marah, cuci piring, cuci baju dll sehingga bisa tersalurkan dan menjadi produktif. Maka mulai sekarang tentukan dimana passion kita, kalau marah lari ke passion saja.

T13.Bunda Indri : Bagaimana caranya mengajari anak 10 th mengelola emosinya, seperti ketika marah, sedih, ngambek dsb.. Terimakasih
J13. Bunda Indri, anak 10 th seharusnya sudah mengenal emosinya, karena sudah masuk tahap latihan akhir untuk aqil baligh. Kita harus memberikan nama emosi yang sedang muncul saat itu. Contoh ketika kecewa, maka kita mendekat sambil mengatakan "kamu kecewa ya kak?", boleh kok , kalau ibu dulu caranya melepas adalah bla..bla, sekarang cari cara yang kamu banget, kalau perlu cerita ke ibu, ibu siap mrndengarkan, kalau kamu tidak ingin, ibu percaya kamu.
Kalimat ini penting untuk tidak terkesan kita menggurui.

T14.Bunda Faiz : Anak saya dua orang laki-laki, yang pertama 4 tahun dan ade 1,5 tahun. Si kakak suka cemburu jika saya terlalu bersama adeknya. Pas saat adiknya sakit dan rewel otomatis ade yang saya prioritaskan dan kakak ada saja ulahnya untuk cari perhatian, saat gendong adeknya suka minta ini dan itu sehingga emosi terpancing.tak jarang tiba-tiba juga minta gendong juga.Bagaimana ya bu, cara mengurangi si kakak yg suka cemburu dengan ade nya..?
J14. Bunda, kakak yg cemburu itu karena kesalahan orang dewasa yang memberikan perlakuan beda ke adiknya. Misal kakak disuruh ngalah meski tidak salah. Kalau adik lahir semua kasih kado ke adik, kakak dicuekin. Maka sebaiknya kalau nengok bayi, kasih kado ke kakaknya. Berikan perhatian full ke kakak.

T15.Bunda Nesya : Assalamualaikum. Sering kali ketika kita berselisih/ada sesuatu yg tidak sepaham dg suami,kita jadi jengkel. Tp ketika ingin mengungkapkan takut pasangan tersinggung. Bagaimana sebaiknya cara menyampaikannya? Dan ketika saya menghadapi keponakan yg tantrum sering tidak sabar dibandingkan ketika menghadapi anak sendiri. Bagaimana memperbaikinya?
J15.Wa'alaykumsalam Bunda Nesya. Bunda seberapapun membuat suami marah, berkomunikasi adalah cara yang ampuh sehingga membuat hubungan kita "clear". Jangan memakai rumus SAYA KIRA..
Hal ini justru memicu permasalahan berikutnya.
Saat menghadapi anak tantrum, siapapun dia. Harus standar perlakuannya bun. Kuncinya raja tega.

T16.Bunda Rahayu : Ketika punya anak pertama, saya belum siap jadi ibu, mendidik dia masih banyak emosi, dampaknya terasa sekarang, dia meniru saya. Anak saya umur 6 tahun, laki-laki, tipe kinestetik, kalau sedang emosi/kecewa sering sulit mengungkapkan, cenderung berbuat fisik misalnya melempar mainan, menendang kursi , gulung-gulung, jambak-jambak. Apa yang harus saya perbaiki dalam mengasuh anak, selain tentunya memperbaiki diri sendiri? Di umur sebesar ini sudah bisa diajak komunikasi, tapi masih belum bisa hilang sifat emosinya . Terimakasih.
J16. Bunda Rahayu, minta maaflah pada anak pertama. Banyak sekali kesalahan kita padanya akibat kefakiran ilmu kita ttg anak. Setelah berubah, berikan contoh baik. Ketika anak "copas" mental kita dulu, maka berikan gerakan bahwa anda bukan sosok ibu yang dulu lagi.

T17.Bunda Farda : Apakah indikatornya jika kita sdh berhasil manajemen emosi dg baik bagi diri sendiri, dan apa yg tampak pada orang sekitar (terutama anak)? Terimakasih banyak ilmunya bu Septi. Semoga Allah selalu merahmati bu Septi sekeluarga.
J17. Bunda Farda, Bahagia yang akan mengejar kita itu dampak yang paling terasa kalau kita bisa memanage emosi.
Indikator :
a. Tenang menghadapi berbagai tantangan.
b. Logika jalan dengan baik
c. Selalu fokus pada solusi bukan pada masalah.

T18.Bunda Tika : Maaf bunda bisakah dijelaskan definisi dan contoh dari :
a. Releasing
b. Accepting
c. Up grading
Terimakasih
J18. Bunda Tika, ini contohnya :
a. Releasing
Ketika kita jengkel sekali, kl ingin menangis, menamguslah, ingin teriak, tetiak, ingin menuliskan di buku diary, tulis. Kalau ingin bicara ke orang lain / curhat, saya sarankan curhatlah ke Allah, jangan ke manusia.
b. Accepting
Anda terima kondisi, anda maafkan pelakunya. Kalau disentil nama/peristiwa, sudah tidak membuat emosi bergejolak.
c. Up grading
Move on , jangan terbelenggu pada masalah ini saja, segera switch ke aktivitas lain, tingkatkanlah ilmu kita di bidang ini.

T19. Bunda Lidya : Jika saat anak tantrum ingin sesuatu, tapi kita sebagai ortu sudah berusaha konsisten punya cara mengatasi tantrumnya, tetapi di rumah ada anggota keluarga seperti neneknya yang berusaha menolong anak karena kasian, bagaimana cara yang tepat menyampaikan kepada mereka bahwa kita punya cara sendiri tanpa membuat mereka tersinggung dan terkena imbas emosi kita?
J19. Bunda Lidya, berikanlah kode dg bahasa tubuh anda. Yang memiliki makna, "biarkan anak ini". Kalau bersuara akan memicu emosi yg lain. Setelah anak reda. Ajaklah bicara baik-baik anggota keluarga ini, agar sama-sama paham.

T20.Bunda Afifah : Untuk balita 14 bulan, hal tepat apa yg harus dilakukan ketika tantrum? Sedang dia belum fasih berkomunikasi. Apakah sejenak membiarkannya atau selalu memanjakannya? Aka. Menggendong/memeluk dsb. Takutnya nanti tangisnya dijadikan senjata untuk dia bermanja berlebih.
J20. Bunda Afifah, sama perlakuannya, abaikan saja dulu. Anak itu lebih bisa memahami bahasa tubuh kita, meski dia belum fasih berbicara.

T21. Bunda Esti : Assalamualaikum...
Adik saya (13 thn) sering merasa ayah tidak lagi mencintainya terutama kalau dinasehati, di usianya yang remaja ini. Ibu sudah meninggal. Ada ibu tiri namun dia tak terlalu menggubris. Kalo saya nasehati pun dia menganggap saya ga menyayanginya. Saya kadang bingung harus gimana. Ayah saya sampai lebih memilih diam. Adik saya malah merasa tak diperhatikan. Ayah saya pun akhirnya serba salah. Begitupun saya. Bagaimana sebaiknya sikap saya bu? Maaf panjang banget.
J21. Wa'alaykumsalam wr.wb, Bunda Esti, anak pra remaja ini sudah tidak saatnya dinasehati, dia akan berontak. Ada baiknya kita jadi temannya atau pinjam mulut temannya. Karena saat usia ini terkadang anak lebih percaya temannya dibanding ortunya.

Host : Dyah K. Utari
Co-host : Dita Wulandari
Admin : Shanty Irawati

Tidak ada komentar:

Perjalanan Minim Sampah

Minim sampah dalam perjalanan merupakan sebuah tantangan, namun hal tersebut sangat mungkin dilakukan. Memang tidak semua akan ideal seperti...