Setiap selesai makan, selalu kupesankan pada anak sulungku untuk mencuci piringnya sendiri. Meskipun sedikit mengeluh, dia tetap melaksanakan pesanku itu. Tetapi selalu ada saja barang yang disisakan untuk dicuci oleh orang lain, yaitu sendok dan garpunya. Di samping itu, piring yang dicucinya seringkali masih menyisakan bekas nasi atau minyak.
Mungkin baginya mencuci piring bukanlah sebuah pekerjaan yang penting. Namun dalam kenyataannya mencuci piring menyimpan proses pembelajaran dan pembentukan karakter di dalamnya.
Cerita berikut ini kukutip dari
buku berjudul Mendidik Karakter dengan Karakter, karya Ida S. Widayanti;
Alkisah, pada suatu masa ada seorang pemuda yang mencari guru terbaik di negerinya. Ia mendengar bahwa guru yang paling hebat tinggal di sebuah tempat yang jauh dan sulit untuk ditempuh. Karena tekadnya sudah sangat kuat, maka berangkatlah pemuda itu dengan membawa perbekalan secukupnya.
Setelah menempuh perjalanan jauh, tibalah sang pemuda di tempat sang guru.
“Apa yang membuatmu tiba di tempat ini, anak muda?” Tanya sang guru.
“Saya ingin berguru agar saya menjadi orang yang arif bijaksana serta menjadi seorang pemimpin masyarakat.”
“Baiklah, sebelum saya bisa menerimamu, saya ingin bertanya, apakah engkau mencuci piring bekas sarapanmu tadi pagi?”
“Tentu saja tidak sempat, Guru. Berangkat ke sini bagi saya merupakan hal yang sangat penting, jangan sampai terganggu oleh hal yang sepele.”
“Kamu salah, sekarang pulanglah dulu. Cucilah piringmu dulu! Bagaimana mungkin engkau bisa menjadi pemimpin yang bertanggung jawab terhadap masyarakat dan negeri, sedangkan engkau tidak bertanggung jawab terhadap barang yang telah engkau pergunakan.”
Sifat tanggung jawab harus
dibangun dari hal-hal yang kecil dan dari dalam dirinya sendiri, demikian
hikmah yang dapat dipetik dari kisah di atas. Seorang anak sudah sewajarnya
diajak untuk menyelesaikan tanggung jawabnya terhadap barang-barang yang
dipergunakannya sebelum dia diminta bertanggung jawab untuk hal-hal yang lebih
besar di luar rumahnya, baik itu lingkungan sekolah atau masyarakat.
Melipat selimut, menjemur handuk,
menempatkan baju kotor dalam keranjang cucian, mencuci piring bekas makan, dan memasukkan
kotak bekal ke dalam tas sekolah hanyalah beberapa contoh hal kecil yang sering
dilewatkan begitu saja oleh anak-anakku sebelum berangkat ke sekolah. Agar anak
bertanggung jawab akan hal-hal kecil tersebut, orang tua hanya tidak boleh
bosan untuk terus mengingatkan dan jangan selalu mengambil alih tanggung jawab
tersebut, karena sesungguhnya rumah adalah tempat belajar utama bagi anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar