Minggu, Mei 29, 2011

Gehu Pedas Isi Daging

Suka makan gorengan? Pisang goreng, bala-bala, atau gehu alias tahu isi? Itu semua makanan kesukaanku. Murah, enak, dan praktis. Jenis gorengan yang paling aku suka adalah gehu. Tahu dengan isi toge dan sayuran lainnya, dibalut adonan tepung kemudian digoreng, yang selagi panas dimakan ditemani cabai rawit...eehm, selangit enaknya! Sekarang ada lagi jenis lain, mungkin sebagai akibat harga cabai yang sempat melambung tinggi jauh ke awan, dan untuk tetap memanjakan lidah para penggemar gehu, yaitu gehu pedas. yang satu ini tidak perlu pakai cabai lagi saat memakannya karena sudah all in di dalam campuran sayuran dan rasanya...nendang banget! Apalagi bagi pemilik perut sensitif tapi ga tau diri! Dijamin deh perut panas!Tapi bukan itu yang mau kuceritakan....
Ceritaku ini lebih karena merasa keki akibat termakan iming-iming yang ada di counter penjualan gehu pedas di depan sebuah minimarket di daerah bandung utara. Sudah lama sebenarnya aku ingin mencicipi gehu pedas di tempat tersebut tapi karena berbagai alasan keinginan tersebut selalu tertunda.
Satu waktu saat dalam perjalanan menjemput putriku dari sekolahnya, aku mampir di minimarket tersebut. kemudian saat keluar, kulihat tulisan yang tertempel di kaca counter gehu pedas "isi daging Rp. 2000"...eehm, enak nih kayaknya! pikirku. Langsung kukeluarkan selembar uang dua ribu dan kubeli satu. karena masih sangat panas, kulanjutkan perjalananku. Sesampainya di tempat parkir, aku memutuskan untuk memakannya dulu sebelum turun menjemput putriku. Gigitan pertama rasa pedas langsung menyerbu lidahku, tapi tidak ada tanda-tanda daging di dalamnya. Gigitan kedua dan berikutnya dan berikutnya...belum juga ada tanda-tanda potongan daging akan muncul. Penasaran kutengok gehu yang semakin mengecil setiap kali akan kugigit, hanya tampak irisan toge dan kol. Pasrah sudah tak kunjung kudapatkan potongan daging di dalam gehu pedas tersebut sambil terselip prasangka kurang baik terhadap penjualnya. "Wah...nipu nih!"begitu prasangkaku. Tapi apa yang terjadi, saat kuhabiskan suapan terakhir, sepotong kecil daging sapi terasa nikmat di mulut...Spontan aku tertawa sendiri...Ya, iyalah!!! Memangnya dengan harga duaribu rupiah saja, mau potongan daging seperti apa yang kuharapkan ada di dalam gehu pedas itu!!! Harapan yang terlalu tinggi.. :-)

Selasa, Mei 03, 2011

Steak dan Pasta di Warung Laos Dago


Makan siang di Warung Laos Dago, Bandung, enaknya pas lagi sepi apalagi kalau sama anak-anak, nyaman banget...putri kecil kami yang berusia 15 bulan bebas berlari-lari ke sana ke mari. Kami memilih tempat duduk di lantai dua. Pemandangan bebas ke arah kota Bandung, meskipun merupakan hal yang biasa karena rumah kami pun punya yang satu itu, menambah asyiknya suasana. Untungnya angin bertiup dengan bersahabat sehingga suasana ruang terbuka sangat pas untuk acara keluarga kali ini.
Acara makan siang diawali dengan secangkir hot lemon tea yang dilengkapi sekeping biskuit jahe untukku dan suamiku, segelas ice chocolate favorit Fauzi dan segelas besar strawberry juice kesukaan Amira.
Hidangan utama dengan menu Spaghetti Bolognaise pesanan Amira yang pertama kali datang dengan porsi cukup banyak untuk seorang anak perempuan berusia 4 tahun. Wah..ga bakalan habis nih, pikirku. Sebelum memesan, saya sedikit membujuk Amira untuk memesan Baked Spaghetti Bolognaise, karena kabarnya menu tersebut istimewa. Sayang anakku tidak termakan rayuan ibunya. Padahal saya berharap mendapat sisanya..:-)
Fauzi memilih Sirloin Steak dengan sedikit terpaksa, karena biasanya dia selalu memilih menu Chicken Steak bila kami makan di restoran sejenis, sayangnya menu itu tidak tersedia di sini. Meskipun sudah kutawari dia untuk memesan pizza tapi dia menolaknya, mungkin sedang tidak selera. padahal kabarnya sekali lagi (!), pizza di sini asyik punya....
Aku dan suamiku memesan menu yang hampir serupa dengan Fauzi, hanya bedanya pesananku dilengkapi dengan spaghetti sedangkan untuk suamiku dengan blackpepper fried rice. Kami bertiga sangat puas dengan menu pesanan kami. Fauzi makan dengan sangat lahap, semuanya habis kecuali jamur gorengnya karena memang dia tidak suka. Blackpepper fried rice-nya gurih, bahkan putri kecil kami pun semangat menunggu suapan kecil lagi dari papanya setelah mencoba, tentunya butiran-butiran blackpepper kami bersihkan terlebih dahulu. Cuma sayangnya menurut suamiku, karena dihidangkan dengan piring biasa, steak-nya jadi cepat dingin...maklum, kami berdua harus bergiliran makan untuk menjaga si kecil yang sangat senang bisa berlarian sehingga tidak mau diajak duduk.Oya, kalau memesan steak di sini, jangan lupa untuk menyampaikan kebiasaan atau kegemaran anda menikmati makanan tersebut, apakah senang dimasak setengah matang atau matang, daripada kecewa setelahnya.
Pengalaman kali ini membuat kami ingin datang lagi dan menikmati suasana serta menu di tempat tersebut. Pada kesempatan lain, aku ingin mencicipi pizzanya....

Perjalanan Minim Sampah

Minim sampah dalam perjalanan merupakan sebuah tantangan, namun hal tersebut sangat mungkin dilakukan. Memang tidak semua akan ideal seperti...