Rabu, Januari 13, 2016

Yuk…Membuat MOL Sendiri!

Perkembangan penduduk baik di daerah perkotaan maupun daerah penunjang perkotaan pasti akan meningkatkan produksi sampah rumah tangga. Tanpa pengelolaan, sampah rumah tangga tersebut akan menambah volume sampah yang kemudian menjadi beban kota. Pengolahan sampah rumah tangga di tingkat yang terendah dapat mengurangi masalah persampahan yang dihadapi oleh masyarakat. Salah satu cara mengelola sampah rumah tangga adalah dengan memilah sampah berdasarkan kemampuannya diuraikan secara alami yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik dapat dibuat kompos yang kemudian digunakan sebagai pupuk tanaman. Proses pembuatan kompos ini memerlukan starter atau aktivator untuk mempercepat proses pembusukan sehingga penumpukan sampah pun semakin cepat berkurang.

Starter atau aktivator pada umumnya telah banyak tersedia di pasaran, tetapi untuk membuatnya sendiri pun tidak memerlukan proses yang sulit dan lama. Sampah rumah tangga berupa sisa makanan atau sisa pengolahan makanan dapat diolah menjadi Mikro Organisme Lokal atau disingkat MOL yang kemudian digunakan sebagai starter atau activator dalam pembuatan kompos.

MOL dapat dibedakan menjadi mol inti, mol pertumbuhan, mol daun, mol buah, mol sayur, dan mol jamu. Di samping itu melalui proses yang serupa dapat dihasilkan pestisida alami dari bahan tertentu.

Bahan dasar pembuatan mol ini adalah air kelapa, air cucian beras, dan gula, sedangkan bahan lainnya tergantung pada jenis mol yang akan dibuat, yaitu:

Mol inti merupakan mol dari limbah dapur atau sisa makanan,

mol pertumbuhan terbuat dari akar teki, eurih, atau rebung bambu,

mol daun terbuat dari pucuk-pucukan tanaman rambat,

mol buah terbuat dari buah-buahan yang masak,

mol sayur terbuat dari sayuran segar, dan

mol jamu terbuat dari umbi-umbian seperti kunyit, jahe, lengkuas, dll.

Alat yang digunakan dalam pembuatan mol ini sangat sederhana, bahkan barang bekas/sampah botol plastik pun bisa digunakan. Sebuah botol bekas minuman soda ukuran 1,5 liter sebagai tempat fermentasi, sebuah botol air mineral 500 ml untuk wadah air penetral gas hasil fermentasi serta slang waterpass untuk menyalurkan gas hasil fermentasi.

Kegiatan ini tidak hanya dapat dilakukan oleh orang dewasa, anak usia sekolah dasar kelas 4-6 juga sudah dapat membuatnya sebagaimana yang dilakukan di Sekolah Alam Bandung saat si sulung masih bersekolah di sana. Dengan bimbingan para aktivis komunitas Do Green, para siswa membuat mol inti dan hasilnya dapat diaplikasikan setelah 21 hari.

Berbekal pengamatan mendampingi para siswa membuat mol inti, dan merasakan manfaatnya bagi tanaman-tanaman di rumah, aku rutin membuat sendiri MOL inti tersebut dari sisa sayuran dan kulit buah. Dengan demikian tidak perlu lagi membeli dan menggunakan pupuk non organik untuk kebutuhan tanaman kami. Di samping itu, kami juga tidak pernah lagi membuang sampah-sampah organik ke luar dari rumah kami.






Perjalanan Minim Sampah

Minim sampah dalam perjalanan merupakan sebuah tantangan, namun hal tersebut sangat mungkin dilakukan. Memang tidak semua akan ideal seperti...