Senin, September 01, 2014

Jalan jalan di Surabaya #1

Ini merupakan kunjungan pertama kami ke kota Surabaya, Ibu Kota Provinsi Jawa Timur. Awalnya kunjungan ini kami maksudkan sebagai orientasi medan menyusul wacana rencana kepindahan kami mengikuti papah yang sudah lebih dulu bertugas di sana. Sebagai persiapan, aku dan Amira telah membuat daftar tempat-tempat menarik untuk dikunjungi sebagai tujuan belajar anak-anak. Tempat-tempat tersebut di antaranya adalah Tugu Pahlawan, House of Sampoerna, Hutan Mangrove Wonorejo, Monumen Kapal Selam (Monkasel), Pantai Kenjeran, Masjid Cheng Ho Surabaya, Ciputra Waterpark, dan Jembatan Suramadu. Meskipun begitu tidak semua destinasi berhasil kami kunjungi.

Hari Minggu ternyata bukanlah hari libur untuk papah, beliau harus berangkat ke site untuk memenuhi tugasnya, sehingga kami berempat harus berkegiatan tanpa ditemani olehnya. Ternyata setiap hari Minggu ada Car Free Day di sepanjang jalan Tunjungan tepat di sebrang tempat kami menginap. Asyik juga menikmati jalan Tunjungan yang sehari-harinya padat dengan kendaraan bermotor sambil berjalan kaki. Kami melewati Hotel Majapahit, yang pada jaman jepang bernama hotel Yamato, tempat terjadinya perobekan bendera Belanda oleh arek-arek Suroboyo pada peristiwa 10 November 1945. Kami menyusuri jalan Tunjungan, melewati jalan Praban ke arah jalan Blauran untuk kemudian ke jalan Embong Malang kembali ke hotel. Nina berkali-kali mengatakan kalau dia sudah capek, sehingga beberapa kali kami beristirahat di emper-emper toko yang masih tutup. Sebelum kembali ke hotel, kami mampir di warung soto ayam Cak Pardi untuk membungkus bekal makan siang. Warungnya sangat ramai, sehingga kami harus menunggu cukup lama.

Sehari sebelumnya kami berjalan sepanjang jalan Embong Malang sampai jalan Tidar untuk menikmati ayam goreng Pemuda. Ayam goreng yang enak dengan sambal pedas yang nikmat.
Kemudian kami mengunjungi Monkasel di jalan Pemuda tepat di sisi Kali Mas untuk belajar ejarah Angkatan Laut TNI dengan kapal selam pertamanya yang diberi nama Pasopati. Tepat setelah gerbang terdapat loket penjualan tiket. Untuk masuk ke dalam monumen pengunjung dikenakan biaya Rp. 8000,00. Ternyata di dalam area monumen terdapat kolam renang dengan biaya terpisah dengan besaran yang sama.

Di kedua sisi tangga menuju pintu masuk terdapat informasi mengenai spesifikasi kapal selam Pasopati dan tugu peresmian monumen. Di dalam kapal selam, kami melihat persenjataan yang melengkapi kapal selam tersebut, peralatan-peralatannya, tempat para perwira dan prajurit berkumpul sampai dengan dapur dan kamar mandinya.

Fauzi, Amira, dan Nisrina berkesampatan mencoba periskop kapal selam.

Keterbatasan fasilitas di dalam kapal selam membuat kami takjub akan perjuangan para prajurit.

Semoga Allah SWT melimpahkan kebaikan dan keberkahan kepada para pejuang dan keluarga yang ditinggalkannya. Aamiin.

Perjalanan Minim Sampah

Minim sampah dalam perjalanan merupakan sebuah tantangan, namun hal tersebut sangat mungkin dilakukan. Memang tidak semua akan ideal seperti...