Rabu, Januari 08, 2014

Hadiah Kecil dari Nisrina

Image courtesy of digitalart
at FreeDigitalPhotos.net
"Mama bisa tolong temani Nina?" pinta putri kecilku saat aku sedang mengikuti kuliah online Bunda Cekatan dari Ibu Profesional pagi ini.
"Bisa tunggu sebentar, Sayang? Mama sebentar lagi selesai", balasku meminta waktu padanya karena saat itu memang kuliah tinggal beberapa menit lagi.
"Baiklah", jawabnya menyetujui permohonanku.

Segera kumatikan laptopku begitu kuliah berakhir, kemudian kuhampiri putri kecilku di ruang bermainnya, yang sebenarnya merupakan teras belakang rumah kami. Melihat kedatanganku, tampak raut ceria di wajahnya.
"Ayo Ma, kita main!" ajaknya sambil menyodorkan karakter stiker bongkar pasang kepadaku.
"Kita main apa, Dek?" tanyaku
"Pasang pasang baju. Orangnya Mama yang ini ya...", jawabnya.

Baru sebentar kami bermain, kulihat jam telah menunjukkan pukul setengah dua belas, sudah waktunya untuk menyiapkan makan siang. Dengan hati-hati, aku mengatakan pada putriku bahwa aku harus mulai memasak. Dengan polosnya dia menunjukkan padaku meja belajarnya yang pura-pura dianggapnya sebagai dapur, dikiranya aku masih bermaksud bermain dengannya.
Kemudian kujelaskan padanya apa yang kumaksud sambil mengajaknya turut serta ke dapur menemaniku memasak.

"Mama mau masak apa?" tanyanya
"Mau masak capcay", jawabku
"Pakai sosis ga?" tanyanya lagi
"Pakai baso, sosisnya ga ada", kujawab lagi pertanyaannya
"Aku boleh bantu Mama masak?" akhirnya dia mengutarakan keinginannya
"Boleh", kujawab permintaannya.

Begitu banyak pertanyaan yang diajukannya sepanjang proses memasak capcay, seperti mengapa basonya dibelah dua bukan dipotong dua, mengapa apinya tidak kecil saja, apa itu menumis, apa itu bawang daun, mengapa buncisnya belum boleh dimasukkan, mengapa harus pakai gula, untuk apa diberi merica, apakah garam rasanya asin, dan masih banyak lagi pertanyaan lainnya.
Sambil bertanya, tangannya ikut membantuku memasukkan bahan-bahan ke dalam wajan mengikuti petunjukku. Dengan antusias dia pun turut mencicipi rasa capcay dan mengomentari masih kurang garam serta memberi saran supaya airnya tidak perlu ditambah lagi.

Setelah capcay matang, aku melanjutkan memasak menu berikutnya, dan ternyata putri kecilku masih bersemangat untuk turut serta. Kembali pertanyaan-pertanyaan meluncur dari mulut mungilnya sembari memperhatikanku memasak.

Begitu semua makanan telah siap, dia langsung meminta makan, karena menurutnya aku memasak makanan kesukaannya. Tidak seperti biasa, dia bersikukuh untuk melakukan semuanya sendiri, mengambil lauk sampai memotong ayam dengan sendok garpu menjadi potongan kecil, dan dia menyelesaikan makan siang sampai piringnya bersih. Ditutupnya acara makan siang dengan minum air putih dan doa setelah makan.

Selesai makan, azan Dzuhur berkumandang. Kuajak dia untuk shalat. Biasanya dia akan berkilah dirinya masih kecil dan belum bisa shalat. Tapi kali ini dia menerima ajakan sambil berkata, "Aku mau belajar shalat, Ma!"
Subhanallah walhamdulillah. Sungguh bahagia mendengar jawabannya.
Diambilnya sendiri mukena dari dalam lacinya, kubantu memakainya, kemudian dia berdiri di sampingku bersiap shalat berjamaah. Selesai shalat, kuajarkan dia membaca istigfar, tasbih, tahmid dan takbir. Semua diikutinya dengan tertib.

Putri kecilku akan genap berumur empat tahun besok. Dan hari ini begitu banyak hadiah yang dia berikan untukku.
"Nina, Mama sayang Nina", begitu ucapku setiap akan tidur, dan dia akan selalu membalasnya,
"Nina juga sayang Mama. Aku bahagia bersama Mama."

Minggu, Januari 05, 2014

Sebuah Cerita "Segitiga"

Suatu malam, saat kami bertiga sudah bersiap untuk tidur, Nina bertanya padaku,
"Mama, tau cerita segitiga ga?
"Cerita segitiga? Apa itu?" balasku, balik bertanya.
"Iya, cerita segitiga...", katanya lagi

Terheran-heran aku dan Amira dibuatnya, tidak mengerti maksud perkataan putri kecilku itu.
Amira tersenyum geli, sambil terus melirik padaku mengirimkan kode-kode untuk bertanya lagi.
"Memangnya Nina tau cerita segitiga?" pancingku
"Tau", jawabnya yakin
"Boleh tolong ceritakan?" pintaku akhirnya
"Boleh", jawabnya.
"Segitiga, lingkaran, belah ketupat, jajar genjang, trapesium, segilima, persegi, persegi panjang."
"Begitu ceritanya...", Nina tersenyum menutup ceritanya.

Aku dan Amira tertawa geli mendengar penuturannya. Kemudian Amira berkomentar,"Bagus ya, Dek, cerita segitiganya!"
Nina tersenyum bangga mendengar komentar kakaknya, merasa bahwa dia berhasil menceritakan pengetahuannya kepada kami.

Rabu, Januari 01, 2014

Ulang Tahun Mama

Apa arti tanggal 1 Januari untukku?
 
Hari ulang tahun Mama.
 
Setiap tanggal 1 Januari, bukan pergantian tahun yang kami nantikan, tetapi kami menantikan saat untuk mencium Mama dan mendoakannya. Itu yang kuingat dari masa kecilku. Papa selalu mengingatkan kami untuk menunggu sampai tengah malam, agar tepat di awal 1 Januari kami bisa mengucapkan selamat ulang tahun kepada Mama dan biasanya Papa sudah menyiapkan hadiah atau kejutan untuk Mama. Hingga saat ini, setiap di penghujung malam hari terakhir suatu tahun, yang kuingat hari berikutnya adalah hari ulang tahun Mama. 
 
Tahun ini hampir empatbelas tahun berlalu  Papa  berpulang kepada Yang Maha Pencipta, berarti selama itu pula tidak ada hadiah dan kejutan di hari ulang tahun Mama, karena kami anak-anaknya tidak pernah pandai menebak keinginan sang Bunda. Setiap kali hanya sebuah ucapan doa dan kecupan yang kuberikan untuknya, itu pun tidak lagi kulakukan tepat di waktu pergantian hari.
 
Aku tahu, pasti ada kekecewaan di hatinya. Namun tak pernah sedikit pun beliau menunjukkannya. Mama selalu menjadi sosok yang penuh semangat dan ceria di mataku. Kenyataannya memang seperti itulah mamaku, seorang ibu rumah tangga yang selalu bersemangat, riang gembira, berbahagia dengan apa pun yang Allah berikan kepadanya dan tidak pernah berlebihan dalam kecukupan serta tidak kekurangan dalam kesempitan.
 
Kini aku mengikuti jejaknya, memutuskan untuk menjalankan profesi yang sama dengan dirinya. Setelah dua tahun berselang menjadi ibu rumah tangga, aku harus mengakui kehebatan mamaku, setia dengan profesinya selama 40 tahun, karena aku masih meragukan kesanggupanku untuk bisa sepertinya, apalagi melebihinya. Mamaku selalu menjadi guruku hingga saat ini, mungkin itu juga yang membuatku bertahan.
 
Mama, terima kasih atas semua yang telah engkau berikan kepada kami.
Semoga Allah selalu melimpahkan kasih sayang-Nya kepadamu, menjagamu untuk selalu berada di jalan-Nya, memberikan kelapangan rizki, kesehatan dan keberkahan dalam sisa umurmu, dan menetapkanmu sebagai hamba-Nya yang shalih serta khusnul khatimah. Aamiin. 

Perjalanan Minim Sampah

Minim sampah dalam perjalanan merupakan sebuah tantangan, namun hal tersebut sangat mungkin dilakukan. Memang tidak semua akan ideal seperti...